Thursday, 20 April 2017

Pengertian Tasawuf dan Sumber Tasawuf serta Unsur yang Mempengaruhi Tasawuf



1.     Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa, tasawuf berasal dari bahasa Yunani sophos yang artinya hikmat. Dalam bahasa Arab, tasawuf berasal dari kata al-suffah yang berarti orang-orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah. Pada saat berada di Madinah, orang-orang tersebut tinggal di serambi masjid. Orang-orang ini tinggal dengan tidak memiliki harta dunia. Harta dan hidup mereka semua diikhlaskan untuk beribadah kepada Allah. Selain al-suffah, ada juga yang menyebut tasawuf berasal dari kata saf yang artinya barisan depan dalam beribadah dan suf yang artinya kain wol yang lembut., menggambarkan orang yang hidupnya sederhana dan tidak mementingkan dunia. Kata sufi yang artinya suci juga sering dikatakan awal mula dari munculnya kata tasawuf. Sufi menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.
Tasawuf secala istilah dapat diartikan sebagai sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban demi kebaikan dan selalu bijaksana. Hal ini menunjukkan sebuah sikap yang identik dengan akhlak yang mulia.
Dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, tasawuf diartikan sebagai upaya untuk mensucikan diri dengan cara menjauhi kehidupan dunia yang dapat mempengaruhi dari beribadah kepada Allah.  Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, tasawuf didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang mulia. Kemudian dilihat dari sudut pandang manusia sebagI Mkhluk Yng ber-Tuhan, tasawuf didefinisikan sebagai kesadaran fitrah untuk menuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.[1]
2.     Sumber Tasawuf
Kaum orientalis Barat mengatakan bahwa sumber dari tasawuf berasal dari beberapa unsur yaitu unsur islam dan unsur di luar islam. Unsur dari luar islam meliputi unsur Masehi, unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan unsur Persia. Berikut penjelasan dari unsur-unsur tersebut.
a)     Unsur Islam
Dalam unsur islam, tasawuf dikatakan berasal dari ajaran-ajaran islam yang bersumber dari al-Quran dan Hadits. Seperti yang kita ketahui bahwa al-Quran mengandung pelajaran yang bersifat lahiriah dan batiniah. Ajaran yang bersifat batiniah itulah yang melahirkan tasawuf.
Seperti yang kita ketahui bahwa sangat banyak perintah dalam al-Quran yang menyeru kita untuk bertaubat dan mensucikan diri dari dosa. Selain itu terdapat pula hadits yang menyeru kita untuk bertaubat dan mensucikan diri dari dosa, bahkan juga contoh yang diajarkan langsung oleh Rasulullah. Hal ini membuktikan bahwa ajaran al-Quran dan hadits sangat menganjurkan kita untuk mensucikan diri dari perbuatan dosa, dan bertaubat jika telah melakukannya. Inilah yang kemudian mendasari lahirnya tasawuf dalam ajaran islam.
Dari penjelasan diatas depat disimpulkan bahwa tasawuf dalam islam bersumber dari al-Quran dan Hadits. Selain itu kondisi masyarakat yang ada pada masa Rasulullah juga mendorong lahirnya tasawuf dalam ajaran islam. Masyarakat yang mencontoh perbuatan Rasulullah dan melaksanakan perintah beliau untuk selalu mencintai Allah juga berperan dalam melahirkan tasawuf.
b)    Unsur Luar Islam
Para orientalis Barat mengatakan bahwa tasawuf dalam islam dipengaruhi oleh agama-agama sebelum islam yang sudah ada dan dikenal oleh bangsa Arab sebelum masuknya islam. Hal ini boleh kita benarkan secara akademik, akan tetapi secara akidah kita perlu mengkajinya terlebih dahulu. Berikut penjelasan mengenai beberapa unsur di luar islam yang diduga mempengaruhi tasawuf islam.
1)    Unsur Masehi (Nasrani)
Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Akhlak Tasawuf mengatakan bahwa unsur-unsur tasawuf Nasrani yang diduga mempengaruhi pemikiran tasawuf islam adalah sikap fakir. Menurut agama Nasrani, Isa bin Maryam merupakan orang yang fakir. Begitu juga dengan Injil juga dimaksudkan kepada orang yang fakir. Selanjutnya peran syaikh yang dianggap menyerupai pendeta, yaitu pada sikap tawakalnya kepada Allah. Bedanya hanya pendeta bisa menghapus dosa, sedangkan seorang syaikh tidak.
2)    Unsur Yunani
Tidak dapat dipungkiri bahwa metode berpikir filsafat Yunani juga mempengaruhi pola pikir sebagian orang islam dalam berpikir tentang Tuhan. Unsur ini kemudian melahirkan salah satu aliran tasawuf yaitu tasawuf falsafi. Seperti yang kita ketahui bahwa filsafat bekerja dengan mengukur segala sesuatu menggunakan akal pikiran. Tokoh yang mengembangkan aliran tasawuf ini diantaranya adalah al-Farabi, al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Arabi, al-Hallaj, Suhrawardi dan lain-lain.
3)    Unsur Hindu/Budha
Terdapat kesamaan dalam ajaran Hindu Budha dengan ajaran tasawuf. Diantaranya yaitu mengenai cara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan Hindu. Begitu juga dengan paham reinkarnasi, cara kelepasan dari dunia versi Hindu/Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.
Salah satu maqamat sufiah al-fana juga memiliki kesamaan dengan ajaran tentang nirwana dalam agama Hindu. Akan tetapi hal ini perlu dikaji ulang. Jika benar bahwa ajaran tasawuf dipengaruhi oleh ajaran Hindu/Budha, hal ini menunjukkan bahwa agama Hindu/Budha juga telah masuk ke daratan Mekkah pada masa Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi tidak ada bukti mengenai kebenaran dari hal tersebut.
4)    Unsur Persia
Arab dan Persia sudah memiliki hubungan sejak lama, yaitu dalam bidang politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Akan tetapi tidak ada dalil yang kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab. Namun juga terdapat kesamaan antara istilah zuhud di Arab dengan zuhud menurut agama Manu dan Mazdaq dan hakikat Nabi Muhammad SAW. menyerupai paham Harmuz dalam agama Zarathustra.
Kesimpulan dari materi diatas adalah sebenarnya tasawuf berasal dari ajaran Islam. Hal ini sebagaimana dipraktekkan Rasulullah dan para sahabat. Semuanya berlandaskan kepada al-Quran dan sunnah. Akan tetapi, setelah berkembang pada pemikiran, tasawuf kemudian mendapat pengaruh dari pemikiran filsafat Yunani, Hindu/Budha, Persia dan pemikiran aliran yang lainnya.
Demikian artikel yang dapat kami share kali ini, mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam pengetikan. Komentar yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan artikel ini. Salam Penulis.
Mojokerto, 20 April 2017, 10:09 WIB.


[1] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 180.

No comments:

Post a Comment