Thursday 20 April 2017

Etika, Moral dan Susila, serta Hubungannya dengan Akhlak



Etika, moral dan susila sering kali disama artikan dengan akhlak. Pada dasarnya antara etika moral dan susila memiliki arti yang berbeda dengan akhlak. Oleh karena itu, kali ini kita akan membedah perbedaan antara keempat hal tersebut dengan penjelasan yang akan disajikan dibawah ini.
1.     Pengertian Etika
Ada dua cara dalam mengkaji pengertian dari etika. Yang pertama secara etimologis atau secara kebahasaan, etika berasal dari bahasa Yunani (ethos), artinya adalah watak, kesusilaan atau adat. Sedangkan menurut KBBI etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Artinya secara kebahasaan etika berhubungan dengan upaya untuk menentukan tingkah laku manusia.
Adapun secara istilah, para ahli memiliki pendapat yang berbeda. Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.[1]
Kemudian Soegarda Poerbakawatja mengatakan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik-buruk, serta berusaha  mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga pengetahuan tentang nilai-nilai tersebut.[2] Selanjutnya Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.[3]
Dalam Encyclopedia Britanica, etika diartikan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya.
Abuddin Nata mengatakan bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama dilihat dari objek pembahasannya etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua etika dilihat dari segi sumbernya bersumber dari akar pikiran atau filsafat. Ketiga dilihat dari segi fungsinya etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan manusia, yaitu apakan perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Keempat dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.[4]
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa etika bersifat pada pembahasan tentang sifat manusia. Artinya penilaian etika berasal dari akal pikiran yang dihasilkan oleh manusia. Hal ini menunjukkan bahwa etika bersifat relatif, penyebabnya adalah karena penilaian setiap manusia tentang baik dan buruk, benar dan salah akan memiliki perbedaan di setiap individunya.
2.     Pengertian Moral
Moral secara bahasa berasal dari bahasa Latin, Mores yang artinya adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan ada tiga pengertian moral. Yang pertama bahwa yang disebut dengan moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Kemudian yang kedua moral disebut sebagai kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin dan sebagainya. Selanjutnya yang ketiga moral disebut sebagai ajaran ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Sedangkan secara istilah, moral berarti suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.
Ketika kita menghubungkan antara pengertian etika dan moral, maka kita akan menemukan bahwa etika dan moral memiliki objek yang sama, yaitu tentang perbuatan manusia dan kemudian dinilai apakah perbuatan tersebut baik atau buruk. Meskipun memiliki objek yang sama, etika dan moral memiliki tolok ukur yang berbeda dalam menilai baik dan buruk. Etika mengukur baik dan buruk dengan menggunakan akal pikiran atau rasio, sedangkan moral mengukur baik dan buruk dengan menggunakan norma-norma yang berlaku di sekitar masyarakat.
Abuddin Nata menyimpulkan bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sistem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan.[5]
3.     Pengertian Susila
Susila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Artinya susila adalah dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma yang baik atau aturan hidup yang lebih baik.
Kata susila sering juga disebut sebagai kesusilaan. Kesusilaan sama artinya dengan kesopanan. Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Akhlak Tasawuf menyebutkan bahwa kesusilaan lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Susila memiliki tolok ukur yang sama dalam menilai baik dan buruk dengan moral. Dasar yang dijadikan tolok ukur baik dan buruk dalam susila adalah nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat sekitar.
4.     Hubungan Etika, Moral, dan Susila Dengan Akhlak
Etika, moral, susila dan akhlak memiliki fungsi dan peran yang sama, yaitu sebagai penilai dari perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk dihukumi baik atau buruknya. Perbedaan antara etika, moral dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan dalam menentukan baik dan buruk. Jika etika, moral dan susila menilai perbuatan baik dan buruk dengan bersumber pada akal pikiran manusia dan norma yang berlaku dalam masyarakat, sedangkan akhlak menilai baik dan buruk bersumber pada al-Quran dan al-Hadits. Artinya bahwa etika moral dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari ajaran Allah yang sumbernya dari al-Quran dan Sunnah dari Rasulullah SAW.
Etika, moral dan susila yang berasal dari pemikiran Barat terkadang memiliki kesesuaian dengan ajaran akhlak dalam islam, dan banyak pula yang tidak sesuai. Akan tetapi islam menganjurkan kita untuk mengambil sesuatu yang dapat memberi manfaat dan meninggalkan yang tidak bermanfaat. Oleh karena itu kita boleh mengambil ajaran dari etika, moral dan susila yang dapat memberikan manfaat bagi kita, dan menjauhi yang dapat menimbulkan kerusakan.
Demikian penjelasan kami mengenai etika, moral dan susila serta hubungannya dengan akhlak. Semoga artikel ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan juga penulis. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan artikel yang kami sajikan. Terimakasih.


[1] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 90.
[2] Ibid., hlm. 90.
[3] Ibid., hlm. 90
[4] Ibid., hlm. 91-92.
[5] Ibid., hlm. 95-96.

No comments:

Post a Comment